(Imam Syafi’i)
"Ikatlah ilmu dengan menulis"
(Ali ibn Abi Thalib)
(Ali ibn Abi Thalib)
Kalimat
yang sangat mendalam betapa manfaat menulis dalam keilmuan tidak dapat
terpisahkan karena menulis akan menghasilkan sebuah karya yang akan
abadi dan terus mengalir manfaatnya walaupun penulis sudah tidak di
dunia lagi. Jika orator akan terkenang akan gaya penyampaian dan
beberapa kalimat intinya, penulis lewat tulisannya akan terkenang dengan
utuh gagasan pemikirannya dan utuh tersampaikan.
Islam
sering kali diberikan gambaran oleh orang-orang dan golongan yang tidak
pernah mengenalnya sebagai agama yang mundur dan memundurkan. Namun
kenyataanya kita harus sadar budaya keilmuan membaca, emnulis dan
berdiskusi saat masa Emas Islam sudah sangat jarang sekarang. Kiblat
keilmuan pun kini terpacu pada standar keilmuan barat dan dengan sengaja
meniadakan pengaruh tokoh serta keilmuan muslim.
Padahal
dalam catatan sejarah saat masa Emas Islam tidak terlepas dari budaya
keilmuan membaca, meneliti, menulisa dan berdiskusi. Masa emas ini
bersamaan dengan terjadinya kemunduran dan kegelapan pada benua eropa
dan amerika, tokoh-tokoh besar Islam sangat produktif dalam berkarya
diberbagai bidang. Banyak tokoh Islam yang sampai saat ini terus di
pelajari karyanya seperti imam syafii, imam hanafi, imam hambali, imam
maliki, ibnu khaldun, Imam ghazali, ibnu sina, ibnu taimiyah dll.
“Bisa kita bayangkan jika tidak ada budaya keilmuan dalam Islam, maka tidak ada kitab Islam kita tersampaikan dengan utuh, tidak ada sejarah Islam dan pelajaran-pelajarannya” Ade Suyitno
Website www.muslimheritage.com yang digagas oleh The Foundation for Science, Technology and Civilisation (FSTC) yang berpusat di Manchester UK berupaya menemukan Oase keilmuan Islam dengan tagline “Discover
The Muslim Heritage”. Kemudian dijelaskan akan peroide waktu keEmasan
Isalm yang dianggap bangsa barat sebagai “Dark Age” karena mereka
mengalami kemunduran dan mereka belajar Ilmu dari peradaban Islam.
Sejarah
menunjukan peradaban Emas Islam adalah peradaban dengan puncak keilmuan
yang tinggi. Salah satu instansi budaya yang berpengaruh dalam kemajuan
peradaban Islam adalah perpustakaan-perpustakaan umum yang saat itu
dikenal dengan istilah Darul Ulum. Darul Ulum mulai didirikan pada abad
keempat hijriah. Perpustakaan umum pertama didirikan berlandaskan
tradisi terpuji wakaf dalam Islam. Mari kita sekilas melihat peradaban
Emas Keilmuan Islam di Asia dan Eropa.
Darul
Ulum yang didirikan kalangan Fatimi adalah di antara pusat-pusat ilmiah
di masa itu. Perpustakaan umum ini dibangun pada tahun 395 hijriah di
Kairo. Di lembaga ini diajarkan ilmu matematika dan ilmu alam yang juga
dilengkapi dengan perpustakaan yang menampung lebih dari sejuta buku.
Kemudian juga ada Darul Ulum Mosul, Darul Ulum Tripoli, Baghdad, Baitul
Maqdis dan lain-lain yang masing-masing menampung ribuan buku. Para
ilmuwan juga selalu menjadikan perpustakan–perpustakaan sebagai tempat
aktivitas dan riset.
Selain
Darul Ulum, terdapat pusat ilmiah dan budaya yang sangat berpengaruh
dalam kemajuan peradaban dan kebudayaan Islam. Pusat ilmiah itu dikenal
dengan istilah Nizamiya. Di pertengahan abad kelima hijriah, Khaje Nezam
al-Molk yang juga menteri di masa Alp Arsalan Saljouqi, mendirikan
sekolah-sekolah dengan nama Nizamiya di Baghdad, Nishobour dan kota-kota
lainnya. Dengan sekolah-sekolah tersebut, tingkat pendidikan umat Islam
mencapai puncaknya. Nizamiya di Baghdad didirikan pada tahun 459
hijriah. Di tempat itu, Abu Ishaq Shirazi mengajar. Tingkat tertinggi
pengajaran di sekolah ini adalah Ghazali. Setelah itu, sekolah-sekolah
Islam berkembang pesat di dunia Islam dan merambah kedaratan Eropa. Di
eropa ada wilayah cerah gemilang di tengah kegelapan yaitu Andalusia
(Spayol).
Kemajuan
Al-Andalus sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat
dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam,
seperti Abdurrahman I, Abdurrahman II, dan Abdurrahman III. Keberhasilan
politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan
penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah yang
terpenting di antara penguasa Bani Umayyah di Al-Andalus dalam hal ini
adalah Muhammad I (852-886) dan Al-Hakam II (961-976)
Meskipun ada persaingan yang sengit antara Bani Abbasiyyah di Baghdad dan Umayyah di Al-Andalus, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad ke-11
dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan perjalanan dari ujung barat
wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan
gagasan-gagasan, sehingga membawa kesatuan budaya dunia Islam.
Universitas
Cordova yang letaknya di Masjid Cordova adalah tempat yang paling baik
untuk belajar pada saat itu. Saat itu telah ada jurusan astronomi,
matematika, kedokteran, teologi dan undang-undang/hukum. Amir Hasan
Siddiqi sebagaimana dikutip Salmah menyatakan: “Pada abad ke-10 M
Apabila Cordova (ibu Negara kerajaan Umaiyah Spanyol) mula menyaingi
Baghdad, pasang surut aliran budaya dan pembelajaran yang bertimbal
balik. Semasa abad yang berikutnya, bertambah ramai lagi pelajar dari
wilayah Islam Timur dan Kristian Eropah berduyun-duyun datang ke
Universiti Cordova, Toledo, Granada dan Seville untuk menimba ilmu dari
perigi ilmu pengetahuan yang mengalir ke sana dengan banyak sekali.”
Menulis
adalah kegiatan yang sangat penting dalam Islam. Hal ini terbukti kitab
al-Quran sebelum seperti sekarang ini berawal dari firman Allah yang
kemudian di tulis dalam lembaran-lembaran pelepah kurma dan kulit
binatang. Kemudian lembaran-lembaran tersebut di kumpulkan menjadi
kumpulan pada masa khalifah usmani.
Pengembangan
intelektual dalam Islam tidak terlepas dari karya-karya tulisan
cendekia muslim yang aktif terus membuat karya yang meningkatkan
pengetahuan ilmu agama, ilmu pengetahuan disipliner dan mengispirasi
untuk terus mengembangkan keilmuan yang telah ada.
Menulis
dalam Islam al-Quran terdiri dari tiga akar kata, yaitu kata pena
(qalam), kata tinta (Midad), dan menulis (kataba). Di dalam al-Qur’an
kata “pena” secara eksplisit hanya disebutkan tiga kali; (1) pada Surat
al-Alaq, (2) kata pena (qalam) dalam surat yang diberi nama al-Qalam yang dibuka dengan huruf nun, dan (3) kata pena qalam yang terdapat dalam Surat al-Luqman : 27.
Perintah
untuk menulis di dalam al-Qur’an memang banyak, tetapi jika
dibandingkan dengan perintah untuk membaca, berfikir, dan menggunakan
akal secara kuantitatif jumlahnya lebih sedikit. Sedikitnya, perintah
menulis, bukan berarti kegiatan menulis menjadi tidak penting.
Sebaliknya, sedikitnya perintah menulis itu seharusnya lebih memotivasi
umat Islam untuk lebih giat menulis sebagaimana yang dilakukan oleh
ulama-ulama besar dahulu.
Peradaban Emas Islam tidak terlepas dr budaya ilmiah “membaca, meneliti, menulis dan berdiskusi’’ , , , Jika budaya itu hilang, pantaslah umat Islam menjadi Terbelakang , , , (Ade Suyitno, 2013)
Terbelakang dalam bidang keilmuan akan berpengaruh terhadap perkembangan teknologi, ekonomi dan politik, , ,
Pustaka :
Al-Quran
Muridan.
2009. Urgensi Menulis Bagi Mahasiswa: Refleksi atas Mata Kuliah
Penulisan Naskah Dakwah .ISSN: 1978-1261 .Vol.3 No.2 Juli-Desember 2009
pp.312-320
Badri Yatim. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Raja Grafindo Persada Jakarta
Muslim Heritage. Manchester UK. www.muslimheritage.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar